Label

Kamis, 07 Januari 2010

Geliat Perkembangan Ladang Minyak Laut dalam Negeri Jiran

Negeri jiran, tetangga kita yang satu ini memang terbilang pembelajar yang baik, bahkan mungkin sangat baik. Fakta saat ini telah menampakkan, salah satu negeri di Asia Tenggara ini dengan cepat telah menjelma menjadi negara dengan kekuatan SDM dan IPTEKnya yang makin mantap, tak terkecuali industri migasnya.
Kiprah PETRONAS-nya, yang diyakini banyak pihak bermula dengan belajar pada PERTAMINA, tak diragukan lagi, semakin mendunia. Hal ini kian dipertegas dengan telah dimulainya pengembangan ladang minyak laut-dalam Kikeh yang diproyeksikan pada pertengahan 2007 akan segera memulai produksi pertamanya.
Ladang minyak Kikeh terletak di lepas pantai Malaysia Blok K yang dioperasikan oleh MURPHY Oil dengan saham 80%. Sementara itu Petronas Carigali, sebagai anak perusahaan Petronas memegang saham sisanya sebesar 20%. Riwayat paling penting dari perusahaan minyak Murphy di Malaysia dalam hal aktivitas eksplorasi adalah keberhasilannya dalam menemukan ladang minyak laut-dalam di perairan lepas pantai Sabah ini.Gambar 1. Peta ladang Kikeh di antara ladang lainnya di Asia Tenggara, termasuk ladang West Seno di Indonesia. (sumber: PennWell Petroleum Group)
Pada bulan Agustus 2002, MURPHY Oil bersama partnernya PCSB (Petronas Carigali Sdn. Bhd.) berhasil menemukan sumber minyak di Blok K pada lokasi Kikeh-1. Sumur eksplorasi Kikeh-1 merupakan sumur ketiga yang dibor selama program pengeboran Block K dilakukan. Setelah penemuan itu, MURPHY melakukan pengeboran 9 sumur lagi yaitu sumur Kikeh 2, Kikeh 3, Kikeh 4, Kikeh 5, Kikeh Kecil 1, Kikeh 6, Kikeh 7, dan 2 sumur eksplorasi lainnya yang terletak sejauh 6.4 km dari sumur Kikeh-1. Jumlah minyak yang bisa ditambang dari ladang Kikeh ini diperkirakan mencapai 400 hingga 700 juta juta barel.
Ladang Kikeh terletak di bagian selatan Blok K pada kedalaman lebih dari 1.300 m, yang berjarak sekitar 120 km lepas pantai Sabah. Proyek pengembangan reservoirnya memerlukan 33 buah sumur. Setengah dari jumlah sumur-sumur tersebut akan dipergunakan untuk menginjeksikan gas dan air. Saat ini Kikeh diperkirakan akan memproduksi 120.000 barel minyak per hari dan memerlukan injeksi air 260.000 barel per hari.
Teknologi Anjungan Ladang Kikeh
Perusahaan disain dan konstruksi Technip dipercaya oleh Murphy Oil Corporation untuk menangani pekerjaan engineering, konstruksi dan instalasi anjungan produksinya. Anjungan ini berupa jenis Spar yang akan beroperasi pada kedalaman 1.330 meter. Tidak itu saja, pekerjaan tersebut juga meliputi pengadaan dan penanganan fasilitas topside, lambung, sistim tambat dan sistim riser/wellhead-nya.
Ladang Kikeh akan menjadi ladang minyak laut-dalam yang pertama di Malaysia, menyusul ladang minyak dan gas West Seno yang lebih dulu ditemukan di perairan Selat Makasar Indonesia. Di dalamnya mencakup instalasi sistim produksi bawah laut yang hingga saat ini merupakan terdalam di Asia. Disamping itu, Spar Kikeh akan menjadi anjungan produksi jenis spar pertama yang diinstal di luar perairan Teluk Meksiko dan merupakan aplikasi pertama kalinya untuk tender-assisted drilling di atas sebuah anjungan Spar. Ladang Kikeh juga akan dilengkapi dengan struktur FPSO (Floating Production and Offloading System) di kedalaman 1.341 meter.Pusat engineering Technip di Kuala Lumpur, Malaysia, akan mengelola keseluruhan proyek termasuk aspek teknis Spar topsides dan instalasinya. Technip Houston akan melakukan dukungan khusus pada aspek teknis global dan sistem risernya. Sementara itu pihak Technip Finlandia akan menangani aspek detil teknis dari lambung Spar. Lambung Spar dan bagian topside-nya akan dipabrikasi di Malaysian Shipyard and Engineering Sdn. Bhd. facilities. Gambar 2. Anjungan Spar generasi ke-2 dan FPSO untuk ladang minyak Kikeh (sumber: PennWell Petroleum Group)
Spar Kikeh termasuk jenis spar generasi kedua yaitu Truss Spar yang dikembangkan oleh Technip. Panjang lambung struktur Spar mencapai 142 m dan berdiameter 32 m dengan berat baja mencapai 12.000 mt (metrik ton). Berat fasilitas topsidenya mencapai 3.000 mt yang memiliki 25-slot wellbay untuk dry tree wellheads. Pengiriman lambung Spar-nya dijadualkan pada tahun 2006, dan produksi pertamanya dilakukan pada paruh kedua tahun 2007.
Pekerjaan lainnya yang ditangani Pusat engineering Technip di Kuala Lumpur meliputi disain, supply dan instalasi flexible flowlines (adalah pipa fleksibel yang diinstal di dasar laut untuk transportasi fluida hasil produksi atau fluida untuk injeksi) dan risers (adalah pipa vertikal fleksibel yang menghubungkan flowlines dengan fasilitas di permukaan air), instalasianchors, control umbilicals (adalah untaian sejumlah hydraulic hoses, bisa juga meliputi kabel-kabel elektrik atau serat-serat optik, yang dipergunakan untuk mengontrol sebuah struktur bawah laut atau wahana kendali jarak jauh (ROV) dari anjungan atau kapal) dan manifolds, pemasangan wellhead dasar laut, penyambungan riser ke FPSO Kikeh dan komisioning awal sistim.
Konsep Spar merupakan salah satu dari tiga konsep anjungan lepas pantai laut-dalam yang saat ini sudah dipercaya dan diterima dengan baik oleh kalangan industri, selain konsep mini-TLP dan konsep struktur “compliant guyed tower” modifikasi. Sebagai sebuah struktur minimalis, konsep “Spar hull” telah terbukti memiliki performa instalasi yang sederhana untuk berbagai tingkat kedalaman perairan dan sangat tepat untuk anjungan laut-dalam dengan payload yang besar.
Hingga tahun 2005, telah lahir 4 generasi Spar (Gambar 3). Generasi pertama adalah Classic Spar, disusul generasi kedua Truss Spar. Kemudian diikuti oleh generasi ke-3 dan ke-4, masing-masing adalah konsep Cell Spar yang dikembangkan oleh perusahaan Technip dan konsep Wet Tree Spar yang dikembangkan oleh SparTEC. Konsep generasi ke-3 telah diaplikasikan pada tahun 2004 yaitu dengan diinstalnya spar Red Hawk milik Kerr-McGee pada kedalaman 5.300ft (1.615m). Sementara itu generasi ke-4nya, berdasar data tahun 2005, belum ada realisasi instalasinya.Gambar 3. Evolusi konsep minimalis anjungan jenis SPAR hingga tahun 2005 (sumber: PennWell Petroleum Group)
PenutupLadang Kikeh akan menjadi tonggak awal melangkahnya Malaysia ke dalam kancah era teknologi penambangan minyak laut-dalam, sebagaimana Indonesia yang sudah memulainya terlebih dulu dengan ladang West Seno-nya. Peluang yang hampir sama sudah sama-sama dimiliki, baik oleh Malaysia maupun Indonesia untuk mendulang manfaat yang sebesar-besarnya dari kancah teknologi laut-dalam ini. Besaran-besaran seperti kecepatan alih teknologi, peningkatan mutu SDM dalam bidang ini atau peningkatan produk minyak dalam negeri, adalah yang nantinya akan dicatat oleh sejarah sebagai indikator keberhasilan masing-masing. Peran seluruh komponen bangsa yang terkait di dalamnya, akan menjadi taruhannya.
Kita telah disuguhi dengan fakta cukup memilukan, potret “PERTAMINA-PETRONAS”. Menyiratkan suatu petunjuk, ternyata cara “belajar” kita berbeda dengan mereka. Apakah kondisi seperti “PERTAMINA vs PETRONAS” saat ini akan terulang lagi di kelak kemudian hari untuk “WEST SENO vs KIKEH” ? Kata pepatah, hanya keledai yang akan terantuk dua kali pada lubang yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar